sultan demak II

RADEN SUMITO JOYOKUSUMO
SRI SULTAN SURYA ALAM JOYOKOSUMO
SULTAN AGONG KESULTANAN DEMAK II 

MASA KANAK-KANAK
          R.Sumito joyokusumo lahir di demak, 6 maret 1972 putra dari seorang R. sugiman giri atmojo dan ibu asmirah bodin soekerto. Pada saat masih kanak-kanak memiliki nama kecil raden sumito. Ayahnya memberikan nama depan dengan nama raden karena memang memiliki garis keturunan keluarga bangsawan dari sultan demak bintoro.

          Selain itu diartikan sebagai keturunan ( darah ) yang baik. Sedangkan kata sumito diartikan memiliki cita-cita yang tinggi demi kejayaan dan kemakmuran mahluk allah. Kemudian nama kusumo bunga sesama mahluk hidup dan Jaya berarti sukses dalam segala hal. Khususnya dalam hal kebaikan.

          Dengan demikian, ayahnya memiliki cita-cita agar nantinya setelah dewasa Raden Sumito menjadi orang yang berguna bagi masyarakat banyak dan memiliki cita-cita yang tinggi.
Untuk mewujudkan cita-citanya itu, maka ayah R. Sumito mendidik dengan ajaran-ajaran leluhur dan ilmu pengobatan. Ilmu tersebut diterimanya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu diusianya yang masih kanak-kanak telah mampu menguasai ilmu leluhur dan ilmu pengobatan yang dimiliki ayahnya, cukup banyak orang yang heran dan kagum dengan kemampuan yang dimiliki olehnya.

          Di usia kanak-kanak ayahnya menyekolahkan di SD sekitar rumahnya Desa Kenep Mangunjiwan Demak. Seperti anak-anak pada umumnya suka bermain-main dan menggembala ternak. Cukup banyak ternak yang digembala sepulang dari sekolah dan hari libur.

          Disini R. Sumito mampu membaca bahasa hewan peliharaanya, pergaulannya dengan binatang-binatang ternak peliharaanya itu membuat R. Sumito mampu bergaul dengan burung-burung yang ada di tanah persawahan dan kebun. Banyak burung yang datang dengan sendirinya mendekat. Berbagai jenis burung datang ketika sedang menggembala kambing dan ternak lainnya yang jumlahnya mencapai puluhan ekor. Sepertinya dia mampu berbicara dengan burung-burung di sekitar demak. Bahkan dengan ular pun bersahabat. Oleh sebab itu, dirinya kebal terhadap bias ular dan anti racun ular jenis apapun.

          Kelebihan yang di miliki R. Sumito Joyokusumo ini membuat banyak masyarakat yang merasa kagum dan meminta pengobatan agar penyakitnya dapat disembuhkan. Permintaan masyarakat itu selalu ia kabulkan. sehingga banyak yang tersembuhkan dari penyakit, baik melalui pijat refleksi maupun dengan menggunakan ramuan obat herbal. Kesediaannya menyembuhkan penyakit dari orang-orang yang datang ke rumahnya sebenarnya ada yang menyuruh. Tapi orangbya tidak kelihatan . batin dan fikirannya seperti ada yang menggerakan. Sehingga orang-orang yang datang meminta pertolongan lagsung saja di setujui tanpa di tolak, baik pada siang maupun malam hari.

          Di tengah-tengah kesibukannya untuk mengobati masyarakat, jika ada waktu yang luang di gunakan untuk bermain-main bersama teman-temannya. Seperti main layang-layang, berlari dan berenang di sungai tuntang. Maklum pada waktu itu anak-anak seusia dia banyak yang suka bermain daripada belajar seperti anak-anak sekarang. Tidak lupa kalau sudah mendekati maghrib, belajar mengaji di sebuah langgar pada seorang kiai kampong yang mengajarkan agama islam. Bahkan kadang-kadang tidur di langgar juga. Ilmu agama yang di miliki cukup bagus. Ilmu yang diajarkan kiainya dapat di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya masalah ahlaqul karimah.


MASA SMP
          Setelah lulus dari sekolah dasar (SD) kenep mangunjiwan demak melanjutkan sekolah ketingkat yang lebih tinggi. Yaitu ke sekolah menengah pertama (SMPN 3) kenep mangunjiwan demak. Meskipuntelah duduk dibangku SMP, R. sumito masih menggembala ternak dan kambing orang tuanya. Tapi bila waktu libur sekolah menyempatkan diri untuk belajar ilmu pencak silat dan olah kanuragan.

          Selama belajar ilmu bela diri pencak silat, R. sumito mengenal ilmu pernafasan dan tenaga dalam. ilmu tersebut dipelajari dengan sungguh-sungguh hingga menguasai dengan sempurna. Penguasaan atas ilmu pencak silat ini tidak membuat R. sumito suka berkelahi dengan siapapun yang menentangnya, melainkan ilmu itu disimpan dengan baik dan seakan-akan tidak memiliki. Sementara banyak anak-anak muda yang memamerkan ilmu silat dengan menantang duel dengan orang lain guna menjajal ilmu yang dimiliki selama ini.

          Sikap arif dan bijaksana yang dimiliki R. sumito membuat teman-temannya senang dan dijadikan pemimpin dikalangan anak-anak muda. Pandangan matanya yang menyejukkan dan perilakunya yang tidak sombong membuat para preman takut dan segan untuk berbuat jahat didesanya. Lebih memilih menjauh, sehingga desanya aman dari ganguan para preman.

          Saat duduk dibangku SMP ini R. sumito joyokusumo mulai mengenal hidup lelaku atau semedi. Yaitu tinggal ditempat-tempat sunyi untuk mendapatkan wangsit atau membersihkan hati agar mendapat sebuah ketenangan jiwa. Ia mulai menyukai tinggal di makam-makam yang cukup banyak disekitar desanya. Khususnya makam para raja, bangsawan kerajaan demak yang tidak diurus oleh ahli warisnya. Seperti makam astaba gedhong kenep demak dan makam lingkungan masjid demak bintoro serta makam sunan-sunan.

          Di makam tersebut, merasakan adanya sebuah kedamaian jiwa. Kadang hanya duduk-duduk sendiri maupun bersama-sama temannya. Hingga ketiduran sampai sore karena merasa nyaman dengan angin yang menyejukkan. Dimakam ini pula ia mengenal sejarah panjang raja-raja demak dan para bangsawan yang meninggal dunia.

          Selain itu beliau sering tinggal di masjid demak yang waktu itu banyak orang yang melakukan iktikaf dan berziarah. Karena masjid tersebut telah dianggap memiliki aura yang ccukup tinggi. Mengingat yang membuat masjid-masjid tersebut adalah walisongo yang hidupnya tanpa pamrih untuk menyebarkan agama islam.

          Kepergiannya ke makam dan masjid itu sebenarnya sebatas bermain-main. Masih belum ada pikiran yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan anjuran gurunya agar lebih dekat dengan makam sebagai pengingat, bahwa mumpung masih muda hendaknya waktunya digunakan untuk kebaikan sebelum meninggal dunia.

          Sedangkan sering datang ke masjid demak sesuai dengan perintah gurunya agar nantinya lebih dekat kepada allah. Mumpung masih muda hendaknya beribadah sebelum tiba waktu tua. Juga untuk meningkatkan keimanan terhadap allah SWT. Hal ini mendapat dukungan dari orangtuanya yang memang ketika masih muda pernah melakukan.

          Sementara itu pada hari libur sekolah digunakan waktunya untuk bertamasya di laut yang bersuasana sunyi. Selain memancing, juga naik perahu dan duduk-duduk dipohon yang rindang, kemudian berlari-lari bersama teman-teman lainnya. Perasaan senang menyelimutinya. Dalam pikirannya muncul perenungan betapa sangat besar keagungan Allah SWT.

          Di hari libur sekolah lainnya digunakan untuk pergi kegunung menikmati keindahan alam yang sejuk bersama teman-temannya maupun sendirian. Hal ini digunakan untuk mengenal dari dekat tentang keindahan alam pegunungan. Mengingat kota demak sangat dekat dengan daerah pantai. Bagi R. sumito pergi ke gunung merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi pikirannya maupun tubuhnya. Ia merasakan hawa yang sejuk dan udara yang bersih dan sangat sehat bagi paru-parunya. Oleh karena itu, ia merasa sangat bersyukur kepada Allah SWT.

MASA SMA
          Setelah lulus sekolah menengah pertama (SMP) R. sumito lalu melanjutkan sekolah ke SMA demak guna menambah ilmunya. Ia merupakan sebagian kecil anak yang bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Guna mencapai cita-citanya. Bahkan ketika duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) R. sumito termasuk remaja yang cukup kreatif dan berfikir supra rasional. Oleh karena itu, pada saat liburan waktunya selalu digunakan untuk pergi kegunung , masjid bersejarah dan makam-makam para raja dan bangsawan kerajaan demak bintoro. Ia sepertinya ada yang menyuruh untuk mendatangi gunung, masjid dan makam-makam raja. Perginya R. sumito ke gunung, masjid bersejarah dan makam-makam para raja dan keluarganya bukan hanya sekedar untuk bermain seperti waktu kecil, melainkan memiliki tujuan yang cukup jelas. Yaitu melihat dan merasakan keagungan Illahi Robi Pencipta Semesta Alam.

          Dari sinilah ia selalu berfikir, mengapa gunung itu diciptakan Allah. Kemudian mengapa masjid demak itu berdiri dan ketika berada di makam-makam para raja dan keluarganya muncul pertanyaan dlam dirinya. Mengapa orang yang pernah berkuasa dan sakti itu akhirnya meninggal dunia. Pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu muncul dalam benaknya saat berada di tempat tersebut.

          Dalam kurun tiga tahun akhirnya pertanyaan itu terjawab dengan sendirinya, setalah melalui perjalanan panjang olah spriritual dan bertanya kepada ulama dan orang-orang yang mempunyai kewaskitaan. Di dukung lagi usianya yang semakin dewasa dan matang dalam membaca tanda-tanda zaman.

          Jawaban pertanyaan seperti itu adalah gunung diciptakan Allah untuk umat manusiasebagai sumber air bersih, penahan banjir, angin puting beliung, tempat tinggal berbagai macam binatang dan sebagainya. Tapi jika di rusak, maka sudah barang tentu akan membawa malapetaka bagi manusia itu sendiri. Seperti meninggal akibat tertimbun longsoran gunung dan banjir banding. Karena manusia telah melakukan perusakan terhadap gunung yang penuh dengan pepohonannya.

          Kemudian R. sumito menjawab, bahwa keberadaan masjid demak merupakan simbol dari berdirinya pusat penyebaran islam di masa lalu. Masjid tersebut merupakan pusat dakwah dari para wali penyebar agama islam di tanah jawa. Bahkan merupakan masjid terbesar dan termegah pada waktu itu.

          Sementara makam-makam para raja dan keluarganya itu diartikan, bahwa selama hidup didunia ini tidak boleh sombong takabur. Juga bila berkuasa tidaklah boleh bertindak dzalim dan semena-mena terhadap rakyatnya. Karena tidak akan selamanya manusia itu akan berkuasa. Suatu saat akan turun dari jabatannya, baik diturunkan oleh musuhnya maupun disebabkan meninggal dunia.

          Hamparan makam-makam itulah yang memberikan pelajaran penting bagi R. sumito untuk hidup lebih baik. Mumpung masih muda dan belum meninggal dunia waktunnya dipergunakan untuk mencari ilmu dan berbuat baik kepada sesama manusia serta berkarya bagi dirinya sendiri maupun untuk bangsa Indonesia.

          Aktivitasnya yang cukup padat, baik disekolah maupun di luar sekolah menjadikan R. sumito tidak sempat pacaran sebagimana anak-anak muda waktu itu. Ia masih suka memikirkan kehidupan alam dan masa depan yang harus diraih. Baginya pacaran itu tidak penting. Karena di larang agama dan tidak sesuai dengan budaya masyarakat jawa yang selalu menjaga norma-norma.

          Idealisme yang tinggi ketika duduk di bangku SMA membuat R. sumito tenggelam dalam kegiatan spiritual yang tinggi. Ia tinggal di gunung selama seminggu. Kalau sudah di masjid tidak ingin cepat-cepat pulang. Sebab menikmati iktikaf di dalam masjid, baik pada saat siang hari maupun tengah malam. Sedangkan jika berada di makam-makam para raja selalu melakukan semedi. Dalam dirinya selalu terbayang keinginannya untuk mengembalikan kejayaan kesultanan demak bintoro yang pernah jaya di masa lalu.

          Bahkan dirinya membayangkan jika nantinya telah dewasa ingin sekali melestariakan budaya yang ditinggalkan oleh kesultann demak. Karena dirinya memiliki trah atau keturunan raja-raja melalui Pangeran wijil dari demak yang makamnya ada di laweyan kasunanan surokarto hadiningrat solo. Baginya hal itu bukanlah mustahil. Insya allah keinginannya akan terkabulkan.


MASA MUDA
          Begitu lulus dari SMA demak, R. sumito melakukan perjalanan spiritual ke berbagai daerah di jateng. Ia tidak meneruskan kuliah ke perguruan tinggi di semarang. Waktu itu memang banyak remaja yang tidak melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Kebanyakan setalah lulus SMA bekerja dan menikah.

           Perjalanan spiritual R . sumito pada awal dewasa ini sebagai pendalaman ilmunya yang selama ini di milikinya. Ia mengibaratkan perjalanan spiritual ini sebagai suatu kuliah tidak formal. Berbagai kesulitan selama perjalanan tersebut dilalui dengan tabah. Hal ini menjadikan kekuatan batinnya semakin kuat dalam menghadapi persoalan hidup.

           Dalam perjalanan spiritual inilah, R. sumito tumbuh menjadi seorang pemuda yang matang dan dewasa lahir batin. Ilmu yang dimilikinya diamalkan kepada anak-anak muda. Khususnya ilmu pencak silat tenaga dalam dan budaya. Cukup banyak anak-anak muda yang belajar kepadanya tanpa harus membayar.

            Pelajaran silat yang diberikan itu mampu melahirkan pendekar-pendekar yang handal. Tapi tidak sombong dan pamer kekuatan. Apalagi dipergunakan untuk tindak kejahatan. Ilmu silat yang di ajarkan itu hanya untuk membela diri dari serangan manusia-manusia jahat dan kesehatan badan. Sekali-kali ia memberikan pelajaran tari kepada anak-anak muda, kemudian ditampilkan dalam sebuah pagelaran diatas panggung terbuka. Banyak masyarakat yang mengagumi hasil karya seni tarinya. Karena dinilai memiliki keindahan yang bernilai seni tinggi.

          Selain itu menggelar kegiatan seminar dan dialog tentang dimana letaknya kesultanan demak bintoro. Dengan menghadirkan pakar-pakar sejarah dari Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang jawa tebgah. Cukup banyak sekali tokoh masyarakat dan cendikiawan yang menghadiri acara yang di adakan tersebut. Karena dianggap misteri dan perlu di ungkap. Kepeduliannya terhadap keberadaan keraton demak bintoro ini membawa R. sumito peduli terhadap masalah-masalah kelestarian peninggalan-peninggalan Kesultanan Demak Bintoro. Diantaranya adalah makam-makam bangsawan yang selama ini terbengkalai dan tidak medapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Seperti makam Astana Gedhong Kenep mangunjiwan.

          Perhatiannya terhadap makam Astana Gedhong Kenep ini karena R. sumito melihat kondisinya sangat parah. Sebagian besar telah dijadikan persawahan. Sehingga bekas-bekas makamnya sudah tidak nampak sekali. Hanya sebagian yang masih nampak dan utuh yang bisa di pelihara. Karena sebagai salah satu bukti sejarah adanya Kesultanan Demak Bintoro.

          Ia ingin penghilangan makam-makam keluarga raja Demak Bintoro ini berlangsung terus, baik dilakukan oleh manusia maupun alam. Juga jangan sampai Masjid Demak yang semakin tahun jumlahnya tinggal sedikit akibat penghilangan secara paksa oleh pengurus Masjid Demak. Diantara makam yang telah di hilangkan adalah makam yang berada di depan Raden Patah.



MENDIRIKAN YAYASAN
          Latar belakang inilah yang menjadikan R. sumito kemudian pada tahun 1999 mendirikan Yayasan Keraton Glagahwangi Dhimak dengan tujuan untuk melestarikan Makam Astana Gedhong Kenep Mangunjiwan Demak agar keberadaannya semakin baik dan ada yang mengurus. Adapun kegiatan yayasan tersebut mulai melakukan penataan terhadap makam itu dimulai sejak tahun 1992. satu persatu makam ditata dengan baik dan rumput-rumput yang menutupi makam di hilangkan. Makam para pangeran diberi cungkup agar tidak kehujanan. Hingga akhirnya makam itu tertata dengan baik sekali. Tetapi sayangnya upaya melestarikan makam itu tersebut mandapat tantangan dari sejumlah masyarakat yang memang tidak suka akibat kurang mengerti niat baiknya. Kemudian muncul isu bahwa akan menyaingi makam kadilangu demak, padahal sebenarnya tidak demikian.

          Isu inilah yang membawa dampak kurang baik bagi Makam Astana Gedhong Kenep. Tepatnya tahun 1999 puluhan anggota ormas pemuda GP anshor Demak melskukan penyerbuan ke lokasi Makam Astana Gedhong Kenep dengan melakukan pembakaran. Kemudian makam-makam yang ada dirusak. Sehingga banyak bentuk makam yang terbuat dari batu putih mangalami kerusakan yang cukup parah. Padahal makam itu tidak bersalah. Melihat aksi pembakaran dan perusakan makam-makam pangeran dan keluarga sultan membuat R. sumito hanya terdiam. Ia tidak melakukan perlawanan. Dalam batinnya mengatakan kalau orang-orang yang melakukan pembakaran dan perusakan makam itu belum tahu maksud dan tujuannya. Karena kalau dilawan nantinya akan berakibat fatal. Ia hanya mendoakan semoga Allah memberikan hidayah yang suatu saat akan sadar kalau Makam Astana Gedhong Kenep itu perlu dilestarikan dan dijaga. Bukannya dibakar fasilitasnya dan dirusak makamnya. Kemampuan menahan diri untuk tidak melakukan perlawanan terhadap orang-orang yang melakukan pembakaran terhadap fasilitas makam itu merupakan pencapaian tingkat tinggi spiritualitas R. sumito. Hal ini sebagai bukti bahwa dirinya telah memilki ketinggian kesabaran menahan amarah.

          Sejak itu R. sumito tidak lagi mengurusi Makam Astana Gedhong Kenep. Makm itu dibiarkan apa adanya terlantar. Karena percuma diurus kalau saja ada orang yang tidak menyukai dan berani bertindak anarkis. Baginya melestarikan makam bukanlah ada niatan bisnis, melainkan menguri-uri peninggalan kesultanan masa lampau. Setelah tiga tahun terjadi pembakaran dan perusakan Makam Astana Gedhong Kenep , R. sumito mendapat penghargaan dari AIMSH (America Institut Manajemen Studi Hawai ) dengan gelar Doktor Honoris Causa dan mendapa uang sebanyak 20 juta. Penghargaan ini sebagai penghargaan atas kepeduliannya terhadap pelestarian situs benda-benda pusaka kerajaan Demak Bintoro, khususnya terhadap Makam Astana Gedhong Kenep.

          Baginya penghargaam yang diberikan orang-orang luar negeri itu dapat menyejukkan hati. Juga dapat meningkatkan semangat untuk ikut serta melestarikan benda-benda cagar budaya bangsa Indonesia yang berserakan di Kab demak agar tidak hilang. Perjalanan waktu terus berlangsung antara tahun 1999 sampai 2004. kondisi makam semakin tidak terusus. Rumput-rumput makin meninggi. Tidak ada orang maupun pejabat peduli terhadap makam tersebut. Kemudian menginjak tahun 2005 dan situasi negara stabil, ia bersama teman-temannya mulai memperhatikan Makam Astana Gedhong Kenep dan melakukan pemeliharaan. Upaya pemeliharaan di kompleks makam astana gedhong kenep itu mendapat sambutan yang cukup besar dan orang-orang yang telah melakukan pembakaran dan perusakan mulai sadar. Mereka tidak akan melakukan gangguan terhadap R. sumito yang betul-betul berniat baik ingin melestarikan makam itu.

          Selain itu, masyarakat demak telah mengerti akn pentingnya keberadaan makam-makam keluarga para bangsawan demak dan cucu raden patah di makam astana gedhong kenep yang telah ada beberapa abad yang lalu. Mengingat ketika masih hidup keluarga sultan itu memiliki jasa yang cukup besar terhadap perjalanan sejarah bangsa Indonesia ini, khususnya Kesutanan Demak Bintoro.

          Juga kondisi situasi dan kondisi politik yang sempat memanas setelah lengsernya presiden soeharto dari jabatannya kembali menjadi kondusif. Sehingga nuansa panas yang membuat masyarakat mudah tersulut dan terprofokasi sudah tidak ada lagi. Masyarakat memilih hidup tenang dan tenteram. Tidak ingin lagi terbawa dalam situasi untuk bertindak anarkis di lingkungan sekitarnya sendiri. Yaitu merusak makam bersejarah. Sedangkan orang-orang yang pernah melakukan pembakaran terhadap fasilitas di dalam makam dan perusakan pada makam-makam yang ada telah menyatakan diri telah sadar. Bahwa apa yang pernah dilakukan itu telah melanggar Undang-Undang Cagar Budaya di Indonesia. Di antaranya adalah mantan ketua GP Ansor Ashadi. Ia menyatakan diri secara sukarela tanpa adanya peksaan telah bersalah. Tidak akan mengulangi lagi. Karena memang sangat merugikan bagi diri sendiri maupun masyarakat. Bahkan siap untuk membantu menjaga makam yang dad di lokasi Komplek Makam Astana Gedhong Kenep yang lokasinya tidak jauh dari Masjid Demak.

          Dalam pengakuannya waktu itu sedang khilaf dan terprofokasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sehingga melakukan upaya perusakan dan pembakaran pada makam Kompleks Astana Gedhong Kenep yang telah ditata R. sumito joyokusumo.

SURAT PERMOHONAN MAAF

Assalamu;alaikum Wr.Wb
Bersama ini saya Ashadi mantan ketua GP ANSOR Kabupaten Demak, beralamat di JL Kauman Utara RT 08 RW 01 Bintoro Demak bertindak selaku pribadi maupun selaku mantan ketua GP ANSOR Kabupaten Demak tahun 1999.

Pertama-pertama saya sampaikan seperti tersebut di bawah ini :

1. bahwa benar adanya pada waktu itu sekitar pukul 11.00 WIB tanggal 31 Agustus 1999 di lingkungan Komplek Makam Ki Agung Cokro Joyokusumo atau dikenal Pangeran Dhimak Kenep Mangunjiwan Kab demak telah terjadi pembakaran dan penjarahan pada Komplek Makam Ki Agung Cokro Joyokusumo yang dikelola oleh Yayasan Karaton Glagahwangi Dhimak

2. bahwa benar pelaku pembakaran dan penjarahan Kompleks Makam Ki Agung Cokro Joyokusumo tersebut dilakukan oleh massa dan Banser GP ANSOR Kabupaten Demak

3. bahwa atas kejadian pembakaran itu dan penjarahan di Kompleks Makam Ki Agung Cokro Joyokusumo tersebut telah merugikan pengelola komplek makam, Yayasan Keraton Glagahwangi Dhimak

4. Bahwa setelah kejadian pembakaran dan penyerangan terhadap Komplek Makam Ki Agung Cokro Joyokusumo tersebut telah menyadarkan kami atas kekhilafan langkah institusi kami GP ANSOR Kabupaten Demak terhadap Yayasan karaton Glagahwangi selaku pengelola

Oleh karenanya atas kerendahan hati yang tulus serta jiwa besar kami, dengan ini : “ kami menyatakan permohonan maaf yang setulus-tulusnya kepada keluarga besar Yayasan Karaton Glagahwangi Dhimak atas terjadinya pembakaran dan penjarahan Komplek Makam Ki Agung Cokro Joyokusumo. “ 

Demikian pernyataan permohonan maaf kami, yang telah kami buat ats kesadaran dan kekhilafan institusi kami, tanpa paksaan dari pihat manapun.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Demak.26-10-2001
Yang menyatakan

Ashadi




          Kondisi dan situasi inilah yang menjdikan ia semakin bersemangat tinggi untuk kembali menjaga dan memugar makam yang ada. Satu persatu makam diperbaiki dan dibetulkan keberadaanya. Hingga akhirnya makam benar-benar seperti aslinya. Ada rasa kebanggaan pada dirinya, karena dapat melihat makam sudah kembali tertata rapid an dapat di ziarahi oleh orang-orang dari berbagai daerah dan masyarakat sekitar.

         Setelah sekian tahun lamanya R. sumito menata dan melestariakan Makam Astana Gedhong Kenep, beliau mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat dan pemerintah. Karena telah menunjukan niatannya murni untuk pelestarian budaya bangsa. Upayanya ini kemudian mendapat bantuan moril dan spiritual.

          Kemudian untuk kegiatan melestarikan Budaya Bangsa Indonesia dan menguri-uri Makam Astana Gedhong Kenep Mangunjiwan Kab demak itu, maka pada 22 maret 2007 ia mendirikan Paguyuban Ahli Waris Sinuhun Agung Cokro Joyokusumo alias Pangeran Dhimak. Tujuannya untuk mengangkat kemasyuran leluhur guna mencapai kemakmuran bagi rakyat.

         Seiring dengan berkembangnya Paguyuban Ahli Waris Sinuhun Cokro Joyokusumo atau Pangeran Dhimak, maka beliau bersama keluarga pindah rumah di dekat areal Makam Astana Gedhong Kenep dengan tujuan akan dapat mengelola paguyuban tersebut dengan maksimal dan sekaligus sebagai tempat secretariat. Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, maka paguyuban tersebut berkembang dengan pesat. Kegiatan-kegiatan yang bersifat budaya berjalan lancer dan mampu memberikan pengertian tentang pentingnya pelestarian budaya yang ada. Khususnya peninggalan Kesultanan Demak Bintoro ini. Sehingga masyarakat memiliki kepedulian terhadap situs-situs sejarah masa lalu.

          Kepedulian itu telah terwujud dalam pemikiran masyarakat Demak untuk mengetahui di manakah letak Keraton Demak Bintoro dan tidak lagi mau merusak makam-makam tua yang ada di sekitarnya. Kecuali pengurus Masjid Demak yang masih terus menghilangkan makam-makam pangeran di sekitar Masjid Demak. Mungkin belum mengerti apa arti pentingnya keberadaan makam para kaum bangsawan dan ulama-ulama masa lalu yang berjasa terhadap kerajaan di sekitar masjid. Sepak terjangnya dalam melestarikan budaya, R. Sumito Joyokusumo bersama Paguyuban Ahli Waris Sinuhun Cokro Joyokusumo atau Pangeran Dhimak dalam upaya melestarikam pusaka dan budaya Kesultanan Demak Bintoro di dengar oleh orang-orang luar negeri. Dari sinilah ia mendapatkan berbagai penghargaan.

          Salah satu penghargaan yang cukup spektakuler adalah penobatannya beliau sebagai Sultan Keraton Glagahwangi Dhimak pada 7 oktober 2009 di Kuala Lumpur, Malaysia oleh DYMM SRI SULTAN NOTOBROTO KERATON NUSANTARA di Malaysia dengan gelar DULI YANG MAHA MULIA SRI SULTAN SURYA ALAM JOYOKUSUMO. Argumentasi inilah yang mendasari R. sumito menjadi seorang sultan berdasrkan perhitungan falaq dan akan melestarikan budaya bangsa. Oleh karena itu dirinya di kukuhkan dan berhak menyandang gelar Sultan Demak di abad modern dengan gelar Duli Yang Maha Mulia Kanjeng Sri Suryo Alam. Pemberi penghargaan itu sebagai hal Kebangkitan Kesultanan Demak II di tanah jawa.

          R. sumito sendiri bersedia menerima penghargaan dan penobatan tersebut sebagai Sultan Demak. Namun demikian, bukan berarti akn memisahkan diri dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). Tapi tetap dalam Negara Indonesia seperti Kerajaan di Solo, Surakarta Hadiningrat, dan Jogyakarta, Ngayogyakarta hadiningrat. Dimana Kesultanan Demak bergerak dalm bidang pelestarian budaya-budaya bangsa. Karena pelestarian budaya bangsa ini memang sangat diperlukan. Mengingat sudah banyak budaya dan pusaka-pusaka Kesultanan Demak yang hilang akibat alam maupun perusakan oleh masyarakat itu sendiri. Di sinilah R. sumito ingin menyelamatkan budaya leluhur yang masih ada.

          Bahkan ingin sekali menggali peninggalan yang terkubeur dan hilang untuk dimunculkan kembali. Beliau sendiri secara pribadi siap untuk menjalankan amanah untuk melestarikan budaya Kesultanan Demak. Juga untuk menjaga kedamaian berdasarkan Undang-Undang 1945 dan Pancasila. Karena hidup di dunia ini suatu saat akan meninggal. Oleh sebab itu, mumpung masih hidup berbuat kebaikan bagi bangsa Indonesia dan Kasultanan biar nantinya dapat di kenang dengan baik.

          Kemudian sebagai wujud dari adanya Kesultanan Demak dan dirinya sebagai sultannya, maka tiap tahun mengadakan pemberian penghargaan atau jumenengan kepada masyarakat yang telah berhasil melestarikan budaya bangsa seprti yang dilakukan oleh Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat jogjakarta dan Susuhuna Surakarta Hadiningrat di Solo Jawa Tengah. Untuk tahun ini telah diadakan tanggal 18-19 Maret 2010. selain itu, pada bulan November 2010 menggelar pertemuan raja-raja se-Nusantara dan juga nantinya akan dihadiri Sultan dari Brunei Darussalam dan Malaysia. Hal ini sebagai wujud dari eksistensi R. sumito sebagai Sultan Demak di zaman sekarang ini. pertemuan raja-raja dan sultan ini di harapkan akan menjadikan ajang silahturahmi. Kemudian membahas berbagai macam persoalan mesyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat dalam bidang ekonomi. Sehingga akan terciptanya keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat secara menyeluruh sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila yang dirumuskan pendiri bangsa.

           Keberadaan kesultanan keraton glagahwangi dhimak saat ini memang belum ada istananya yang besar. Namun telah di rancang dalam bentuk maket gambar gedung Keraton Glagahwangi dhimak. Bangunannya nanti tidak jauh dari Makam Astana Gedhong Kenep. Tapi tidak akan menghilangkan makam yang ada.

          Keraton Kesultanan Dhimak ini nantinya akan menjadi pusat kebudayaan kesultanan. Semua masyarakat dapat berkunjung sebagaimana keika berkunjung di dalam Keraton Ngayogyakarta Hadingrat (DIY) dan Keraton Surakarta Hadiningrat Sola Jawa Tengah. Nantinya juga sebagai tempat pertemuan para raja seluruh Nusantara.

          Juga di gunakan sebagai tempat seminar dan diskusi oleh kalangan pelajar maupun masyarakat luas tentang kebudayaan masa lalu yang pernah ada dan dihasilkan Kesultanan Demak di masa lampau. Sehinggga diharapkan akan menumbuhkan cinta akan kebudayaan Demak yang telah lama hilang sebagai akibat perpecahan di antara keluarga Kesultanan Demak Bintoro di masa lalu. Munculnya Kesultanan Demak yang baru akan membawa masa depan yang lebih baik dan akan terlestarikannya budaya Kesultanan Demak. Sehingga akan muncul kembali kebesaran dan kejayaan Kesultanan Demak Bintoro.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

contoh proposal class meeting

sejarah peradaban pada masa khulafaur rasyidin